Liputan6.com, Jakarta - Pihak sekolah angkat bicara terkait rekam jejak lima orang anak didiknya yang bikin heboh pengunjung Koja Trade Mall pada Kamis (2/11/2023). Kelima pelajar tersebut diketahui terseret kasus penyebaran teror bom.
Kepala Sekolah SMA, Dwi PES mengungkapkan, kelima pelajar SMA ini tergolong anak yang baik. Hal itu bisa dilihat dari rekam jejak selama berada di sekolah.
"Anak-anak yang kebetulan menjadi sesuatu ini sebetulnya adalah anak-anak yang baik menurut rekap dari BK. jadi bolos pun enggak pernah. kemudian dari BK, anak ini enggak ada istilahnya bullying bagi H. Menurut rekap BK," kata Dwi kepada wartawan, Kamis malam.
Advertisement
Dwi mengatakan, mendidik anak itu memerlukan waktu dan tidak bisa dibatasi. Pihak sekolah pun masih mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi kepada mereka semua. Menurut dia, sejauh ini hasil penyelidikan kepolisian belum ada terindikasi jaringan terorisme.
"Masalah tadi yang menimbulkan keresahan, ya jadi bagian dari kami untuk memberikan pembinaan ke depan. Jadi tetap kami akan lakukan pembinaan. kalau itu (sanksi) kita pertimbangankan hal itu. Kita pertimbangankan," ujar dia.
Tidak Terafiliasi Jaringan Teror
Sementara itu, Polisi memastikan, pembuat pesan teror ke Koja Trade Mall sama sekali tidak ada kaitannya dengan jaringan teror.
Kepastian itu setelah penyidik Polsek Koja menelusuri rekam jejak pembuat maupun penyebar pesan teror ke media sosial instagram Koja Trade Mall.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan kami kepada para orang terduga mereka belum terafiliasi ataupun tidak terafiliasi dengan jaringan-jaringan teroris tertentu. Ini kita buktikan dengan wawancara dengan pihak keluarga dan pihak sekolah dan semuanya kita nyatakan steril," kata Kapolsek Koja Kompol Muhammad Syahroni kepada wartawan, Kamis (2/11/2023).
Syahroni menerangkan, pihaknya memerintahkan untuk membentuk tim dalam mengusut kasus ini. Salah satu tim diminta untuk menggali latar belakang FA, si pembuat pesan teror.
Syahroni mengatakan, penyidik menghampiri kediaman orangtua dari FA.
"Dan disampaikan bahwa saudara FA masih di sekolahnya. Akhirnya kita kembangkan, kita ke sekolahnya SMA Negeri titik-titik cilincing dan di situ bahwa benar ternyata memang saudara FA dan saudara H satu sekolah dan bahkan satu kelas," kata Syahroni.
Advertisement
Peran Pelaku
Syahroni mengatakan, penyidik mengembangkan. Terungkaplah, nama lain RF dengan peran memberikan nomor H ke FA. Kemudian, KH, ketua kelas. Bersama SAL menjadi admin group WhatsApp Grup kelas.
"Dan peran saudara H itu mengcapture ke pihak KTM. kalau saudara FA pembuat profil Nurdin M Top," ujar dia.
Terkait kejadian ini, Syahroni mengatakan, pihaknya memanggil orang tua, pihak sekolah dan Kepala Suku Dinas Jakarta Utara untuk menentukan pembinaan kepada para siswa tersebut.
"Apabila dikemudian hari ada hal-hal yang perlu kita dalami lagi, kebetulan kita sudah data-data masuk, melakukan memanggil saksi-saksi ataupun data penguat lainnya yang bisa menjerat mereka. Tapi sampai saat ini mereka tidak terafiliasi terhadap kelompok berbahaya ataupun kelompok teroris tertentu yang selama ini beroperasi di Jakarta ataupun Indonesia," tandas dia.